Hablum Minannas Chapter Four
Chapter Four : Proker
“Get busy living, or get bussy dying”
-The Shawshank Redemption, 1994-
Proker adalah singkatan dari
Program kerja. Siapa yang membuat proker?. Dia adalah Sie acara. Siapa sie
acara di titik Kumejing 1 ini?. Dia adalah aku. Yap, akulah yang paling
bertanggung jawab dalam pelaksanaan proker di titik penerjunan ini. Ada banyak
proker yang sudah aku rancang bersama sie acara lainnya. Dan kali ini postingan
akan berisi tentang proker yang sudah kami jalani bersama.
1.
Let Me Know
You
Meskipun nama prokernya sangat
lucu namun hal ini adalah proker usulanku sendiri. Teman lainnya pun sering
menyebut proker ini dengan plesetan Now You See Me dan You Know me. Dalam
proker ini kita beramah-tamah atau dalam bahasa jawanya “nyuwun sewu” karena
kita dalam 2 minggu kedepan akan berdampingan bersama dalam acara pengabdian.
Sasarannya adalah tetangga sebelah dan beberapa tokoh masyarakat seperti pak
kades, pak rt dan tak lupa ibu bakul sayuran(biar dapet diskon belanja). Kami
melakukan semuanya dengan baik. Di akhir perbincangan kami menghaturkan pisang
goreng. Masakan ala kami yang sebenarnya pisang tersebut belum siap goreng.
(sudah kubilang kan, kemoceng is better than fried banana).
Manfaat dari proker ini adalah
kita sudah dicap sopan dan diberikan kepercayaan kepada warga sekitar. Hal
tersebut terbukti kami yang sering dibantu oleh warga sekitar dan diberi
kepercayaan karena kita serumah dihuni oleh laki-laki dan perempuan tanpa ada
tuan rumah.
2.
Sosialisasi
Daur Ulang Sampah
Ini juga merupakan proker usulanku. Ini adalah proker yang paling kusuka
dari semua proker yang ada. Namun disini aku ada perubahan sasaran. Yang
awalnya sosialisasi untuk umum menjadi hanya untuk anak SD saja. Walaupun
begitu Alhamdulillah dapat terlaksana dengan baik.
Proker ini mundur dari jadwal rundown. Hal tersebut karena aku meninggalkan
titik penerjunan selama beberapa hari dan hanya aku yang mengetahui sistematika
acara ini. Namun setelah aku pulang dari Semarang aku menyediakan hari dimana
proker ini harus dilaksanakan.
Daur ulang kami adalah mengubah sampah kertas menjadi sebuah keranjang
tempat alat-alat tulis. Kupikir proker ini akan berjalan cacat melihat dari
tingkat kerumitan untuk membuatnya. Aku melihat di video seakan mudah, namun
ketika aku membuatnya ternyata susah sekali. Dibutuhkan ketekunan dan kesabaran
dalam membuatnya. Aku bisa membuatnya dalam kurun waktu 1 jam. Bagaimana anak
SD.
Karena membutuhkan waktu lama, sebelumnya aku meminta bantuan kepada teman
yang menganggur untuk membuatkan alat-alat yang dibutuhkan supaya nanti
langsung bisa dipakai. Mereka membuatkan landasan keranjang dengan karton yang
dipotong lingkaran dan membuatkan gulungan kertas untuk menganyam keranjangnya
nanti.
Senang melihat para murid yang sibuk membuat daur ulang sampah itu. Aku
merasa kasihan kepada temanku yang dibuat repot dalam pembuatannya. Setelah
keranjang jadi, kami mengecatnya dengan cat yang telah disediakan sebelumnya.
Sebagian dari mereka malah bermain cat untuk mengecat sandal, sepeda, bahkan perang
cat dengan teman-temannya.
3.
Be Healthy
with Toga
Satu-satunya proker yang gagal kami jalankan. Aku tidak tahu bagaimana cara
mengumpulkan massa untuk proker ini. Mayoritas mata pencaharian disini adalah
petani. Mereka tidak kenal yang namanya hari libur. Mereka bekerja setiap saat
demi memenuhi kebutuhan masing-masing. Bahkan aku berpikir mungkin mereka lebih
tahu tentang tanaman toga daripada kami yang hanya diberi bekal ketika SD saja.
Maka dari itu kuputuskan untuk tidak melaksanakan proker ini.
4.
Sosialisasi
P3K dan Tensi Gratis
Sosialisasi ini sangat sukses sekali. Bisa dibilang ini adalah satu-satunya
bentuk pengabdian yang berguna bagi warga sekitar. Untuk mensukseskan proker
ini kami meminta bantuan pak RT untuk meminjamkan rumahnya menjadi tempat
sosialisasi. Kami menjalankan proker ini jam 4 sore. Kata pak RT akan ramai
jika sore hari karena sudah waktunya para warga pulang dari ladang kebun.
Disini kami menambahkan dengan membagi Yak*lt kepada orang yang ditensi.
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri untuk mengikuti acara ini. Bukan hanya
itu saja yang membuat acara ini begitu ramai. Teman-temanku keliling kampung
untuk promosi acara ini. Pak RT juga ikut membantu menyiarkannya dengan speaker
masjid. Alhamdulillah acaranya berlangsung ramai.
5.
Sosialisasi
Menyikat Gigi yang Baik
Sasaran dari acara ini adalah anak SD. Awalnya kami kebingungan dengan
perlengkapan yang dibutuhkan karena alat peraga kami belum jadi. Peraga gigi
masih belum terpasang. Kebetulan ada teman dari kedokteran yang paham tentang
struktur gigi. Jadi kami bisa merangkainya.
Pagi itu aku disuruh memimpin jalannya acara. Aku menjadi pemandu anak SD
untuk menyikat gigi yang baik. Dengan berbekal lihat video 10 menit aku
memberanikan untuk memberikan komando. Kami menyiapkan 3 hadiah kepada anak
yang berani mencontohkan sikat gigi yang baik di depan teman-temannya.
6.
Sosialisasi
Cuci Tangan
Program acara ini tidak sempat kupantau karena sedang prepare pulang ke
Semarang. Namun acara ini berjalan dengan baik tanpa ada kendala.
7.
Senam Pagi
Senam pagi yang awalnya ditargetkan untuk warga namun akhirinya hanya untuk
anak SD saja. Dengan menggunakan jam Olah Raga temanku memimpin senam SKJ di
depan para murid. Proker ini juga tidak sempat kuikuti karena aku sedang berada
di Semarang untuk mengurus KRS.
8.
Home Visit
Proker hasil pemikiran Sie ED. Inti dari proker ini adalah kita khususnya
pengajar berkunjung ke murid yang dia ajar. Lalu pengajar menjelaskan tentang
perilaku anaknya di sekolah dan menanyakan kondisi keluarga menyangkut kegiatan
belajar murid tersebut.
Aku pernah menemani pengajar 2 kali untuk Home Visit. Alhasil aku kembung
karena setiap berkunjung selalu disuguhi teh. Pak Kades pernah berkata bahwa
setiap disuguhi harus dimakan/diminum untuk menghargai tuan rumah walaupun cuma
sedikit. Namun aku di rumah diajari oleh orang tua bahwa tidak boleh menyisakan
minuman jika sudah diminum. Maka dari itu aku selalu menghabiskan minuman yang
disediakan.
Tak jarang pengajar membawa oleh-oleh dari home visit ini. Rejeki anak
sholeh. Namun tak jarang pula ada yang pulang dengan kesedihan setelah
mendengan curhatan dari kisah pahit orang tua wali.
9.
Belajar Sore
Ini juga merupakan proker usulan Sie ED. Walaupun namanya belajar sore
tetapi kami selalu memulainya pada siang hari. Hal tersebut karena jauhnya
jarak rumah anak dengan tempat belajar sore. Kami menggunakan basecamp dan
ruang kelas sebagai tempat belajar sore. Awalnya kupikir belajar sore hanya
sedikit saja yang dating. Mungkin hanya anak yang rajin atau yang rumahnya dekat
basecamp. Namun ternyata hampir dari semua murid mengikuti belajar sore. Mereka
mempunyai semangat yang besar. Tak peduli jarak yang mereka tempuh. Tak peduli
tenaga yang harus dikeluarkan mereka semua mengikuti program acara ini. Hal ini
membuat kami khususnya aku untuk tidur siang karena basecamp yang sempit dengan
anak-anak.
Aku pernah mencoba mengajari murid kelas 1 tentang matematika. Kala itu aku
mengajari materi penjumlahan dan pengurangan bersusun. Sumpah nyerah. Aku
seperti tidak sabaran mengajar anak tersebut. Untung saja aku tidak menjadi
pengajar seperti apa yang kutulis saat pendaftaran GUM dulu. Memang Guru itu
kesabarannya harus besar. Kalau tidak pastilah akan selalu marah-marah
menghadapi anak yang pemahamannya lambat.
10. English Class
Sebenarnya English Class ini disasarkan kepada remaja yang ada di selulang.
Namun karena langkanya remaja disana, aku berpikir untuk mengganti sasarannya
ke anak SD. Lagi-lagi sasarannya anak SD.
Cara penerapannya sama seperti Belajar Sore, namun hari itu semua
pembelajaran di sore Bahasa Inggris sesuai dengan kelasnya masing-masing.
11. Belajar Ngaji
Proker ini dijalankan setiap ba’da Magrib. Kami mengikuti jadwal yang sudah
ada di masjid. Yang mengajar hanya Pak Kades. Beliau dengan ikhlas mengajari
murid-muridnya yang mayoritas anak SD Kemujing 1. Disana ada 3 tahap mengaji.
Pertama yaitu mengaji iqro’. Yang kedua yaitu Alqur’an. Dan yang terakhir yaitu
belajar kitab kuning. Kitab yang diajarkan yaitu kitab Sulam dan Ta’limul
Muta’alim.
Mayoritas anak-anak yang mengaji sudah khatam Al-qur’an dan sudah menginjak
tahap ketiga. Kendala yang kami hadapi adalah hanya sebagian dari kami saja
yang bisa membaca kitab kuning. Aku sudah terbiasa mengaji kitab Ta’lim sejak
di pondok. Namun tetap saja tidak bisa membaca hasil maknaku sendiri. Tetapi
disana mengajinya sudah ada maknanya sendiri dari percetakannya. Jadi kita
hanya membaca, menghafalnya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Terkadang aku juga sering membacakan kisah rasul seusai mengaji. Hal
tersebut yang membuatku akrab dengan anak-anak disana. Mereka memanggilku
dengan sebutan Pak Ust.
12. Motivasi Pendidikan
Ini adalah proker yang hanya ada di titik penerjunanku. Proker dadakan yang
kurancang setelah mendapatkan keluhan dari warga tentang anaknya yang pemalu. Aku
mencoba untuk membuat suatu acara untuk memotivasi remaja yang ada di desa
Kumejing 1 agar tetap mementingkan pendidikan.
Dari data yang ada kebanyakan warga disekitar situ sudah merantau dan kerja
setelah lulus SMA,SMP, bahkan ada yang lulus SD. Aku ingin memberikan
pencerahan tentang pentingnya menuntut ilmu. Sasaran dari acara ini adalah
kelas 6, SMP dan SMA. Alhamdulillah banyak anak remaja yang mengikuti acara
ini. Aku turut menceritakan kisah tentang orang tuaku yang berjuang melawan kemiskinan
hingga akhirnya menjadi seperti sekarang.
Aku juga memberikan motivasi bahwa semua bisa kuliah. Biaya bisa dicari.
Beasiswa tersedia banyak. Ngampus bukanlah angan-angan semata.
Acara ini kuserahkan sepenuhnya kepada teman-temanku yang lain. Aku yakin
mereka bisa memotivasi remaja yang hadir saat itu. Aku tidak bisa menemani
proker ini karena harus merapatkan acara Festival rakyat yang akan digabung
dengan Desa sebelah.
13. Perpisahan SD dan Rapotan
There’s always a goodbye in every hello, but remember you will find another
hello. Perpisahan SD dihadiri oleh komite dan seluruh wali murid. Acara ini
dimeriahkan oleh Tari Saman, Nyanyi dan Puisi, dan Drum Band yang sebelumnya
sudah dilatih teman-teman.
Acara rapotan diadakan setelah semua pertunjukan dipentaskan. Rapotan ini
bertujuan untuk memberikan saran dan keadaan anak selama 2 minggu hasil
pengamatan pengajar. Acara ini belangsung meriah dan terlaksanan.
14. Festival Rakyat
Proker puncak. Proker ini hanya aku yang memahami konsep keseluruhan acara.
Aku memang tidak memberikan briefing yang detail kepada semuanya. Proker ini
adalah gabungan dari Kemujing 1 dan Kemujing 2. Dalam melaksanakan acara ini
membutuhkan dana yang cukup mahal. Kami iuran 20.000 perorang dengan tambahan
bantuan 200.000 dari kas. Sebelumnya kami sudah membagi tugas masing-masing.
Korlap Kemujing 2 mengurus segala macam komunikasi terhadap Ketua RT dan
menyebarkan undangan. Sedangkan aku sebagai Korlap Kemujing 1 bertugas membuat
konsep acara dari awal hingga akhir. Nanti juga ada bantuan dari remaja
KOREK(Komunitas Remaja Kemujing) yang akan memfasilitasi alat yang dibutuhkan
dan transportasi.
Acara ini dilaksanakan dengan sambutan, pentas seni dari SDN 1 Kemujing dan
SDN 2 Kemujing, lalu diakhiri dengan perlombaan. Perlombaannya terbagi menjadi
kategori anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak. Kami menyewa alat karaoke sebagai
bumbu pemanis agar acara ini ramai. Aku tidak mengira acaranya semeriah ini.
Aku sangat berterima kasih kepada semua teman yang membantu jalannya acara ini.
Terlebih anak Kemujing 2 yang bisa mengurusi masalah birokrasi. Aku memang
kurang mahir dalam berkomunikasi kepada mereka. Butuh rekan dalam hal seperti
itu. Syukurlah acaranya berjalan. Padahal aku sempat berpikir acara ini tak
akan berhasil mengingat kesibukan warga sekitar.
Ini semua adalah pemaparan tiap
proker yang kami jalankan. Pemaparan ini lebih lengkap dari apa yang kuutarakan
ketika evaluasai minggu lalu. Hal ini juga tidak sepenuhnya lengkap sesuai apa
yang kami jalankan. Lebih banyak lagi lika-liku yang kami hadapi. Namun aku
akan menceritakan apa yang pantas dan tidak menceritakan apa yang kurang
menarik jika kutuliskan disini.
Next Chapter : “Vacation”
Komentar
Posting Komentar