Story of My Life in MAN 2 Kudus Part Nyempil
Saat awal di BCS Boarding sebenarnya aku sudah mengenal seseorang
dari sosial media Facebook. Dia adalah Dina yang dari Kudus dan Nikmah dari
Blora. Awalnya sih iseng-iseng cari orang yang menuliskan sekolahnya di MAN 2
KUDUS yang seumuran denganku. Akhirnya aku mendapatkan 1 orang dan langsung
saja berkenalan. Namun ternyata dia tidak lolos penerimaan BCS tetapi dia
mempunyai teman yang lolos di BCS boarding yang namanya Ekadina itu. Setelah
kenalan dengan Ekadina lalu aku dikenalkan dengan Nikmah yang sebelumnya sudah
berkenalan dengan Ekadina saat tes wawancara berlangsung. Yes selangkah lebih
dulu dalam mengenal teman sekelas.
Aku sebatang kara ditengah kerumunan siswa baru di depan kantor guru
dan kepala sekolah. Aku belum mengenal mereka. Samar-samar dari kejauhan aku
melihat laki-laki yang sepertinya kukenal. Setelah kudekati ternyata benar. Dia
adalah Taqiyuddin atau biasa dipanggil Ayyud dulu. Dia adalah teman semasa aku
MTs di Pati. Kami sudah berpisah kurang lebih 1 tahun karena kami sudah pindah
sekolah masing-masing saat kelas VIII karena suatu insiden.
Kami digiring ke
lapangan untuk mengikuti upacara penyambutan siswa baru MAN 2 Kudus. Setelah
berbaris rapi di lapangan lagi-lagi aku dikejutkan oleh seseorang. Aku bertemu
Abdau yang juga teman saat aku dan Ayyud di YPRU. Akhirnya ada yang kukenal
disini. Aku berharap mereka menempati kelas yang sama denganku. Setelah upacara
seluruh siswa diharapkan melihat pengumuman penempatan kelas pada lembaran yang
sudah di tempel di tembok belakang mimbar. Saat itu semuanya langsung menyerbu
kertas pengumuman tersebut hingga berdesak-desakkan. Aku mencari bersama Ayyud
dan dia menemukan namanya. Saat kulihat di kertas yang sama ternyata disitu
tidak ada namaku. Sial. Itu artinya aku tidak satu kelas dengan Ayyud. Setelah
itu Ayyud langsung menuju kelasnya meninggalkan aku yang masih mencari-cari
namaku. Lalu Abdau berpamitan kepadaku untuk pergi juga karena telah menemukan
namanya di kelas lain. Dan lagi-lagi aku tidak sekelas dengan Abdau. Ah jadi
sebatang kara lagi nanti -_-“.
Aku kesulitan
mencari namaku. Seketika seorang guru datang menghampiriku untuk membantuku.
Alhamdulillah aku berada di kelas X-9. Awal masuk kelas ruangannya sangat
bagus. Ada AC yang sejuk dan kipas anginnya. Lalu ada pula proyektor, Speaker,
dan papan tulis portable yang bisa di geser-geser. Lalu didepannya ada gundukan
kecil seperti panggung dan dindingnya dilapisi oleh lantai marmer. Seperti WC
:v . Aku memasuki ruangan setelah melepas sepatuku dan menaruhnya di rak.
Sebagian orang yang ada yang melihatku keheranan. Mungkin dipikiran mereka aku
adalah senior atau orang yang tidak naik kelas. Badan besar, berkaca mata,
kulit hitam manis dan saat itu aku mengenakan seragam MTs. Seragamku yang sudah
sesak ini sangat mirip dengan seragam di MAN 2 kudus karena baju yang berwarna
putih dan celana abu-abu. Sangat persis sehingga mungkin teman sekelasku
menganggap aku adalah senior.
Pilihan bangku
yang paling belakang yang dekat dengan kerumunan siswa laki-laki adalah yang strategis. Aku melihat
asing dengan bangu yang berbentuk trapesium itu. kami mulai berkenalan satu
sama lain. Di sisi cowok Fariz adalah orang yang paling grapyak saat
itu. Dia mengajak kenalan kepada semua laki-laki disana di saat semuanya masih
malu-malu kucing meong meong meong. Saat di kelas tiba-tiba ada guru yang
masuk. Beliau memperkenalkan dirinya di depan kami semua. Beliau bernama Ibu
Murwati yang mengajar sebagai guru biologi dan segaligus wali kelas kami.
Beliau memberikan kami sebuah permainan yang bertujuan untuk lebih mengenal
satu sama lain. Permainannya menggunakan bunga mawar yang di bawa Bu Mur. Kami
30 orang dengan Bu Mur duduk melingkar
di lantai. Permainannya adalah memberikan bunga tersebut secara estafet sampai
semua memegang bunga tersebut. ketika hendak memberikan kami harus berkata “Ini
adalah bunga mawar dari(nama). Bunga ini akan kuberikan kepada(nama orang yang
hendak diberikan bunga)”. Dengan peraturan tersebut menuntut kita untuk
mengenal teman yang duduk di sebelah kita. Seketika itu kami langsung
berkenalan satu sama lain kepada teman yang berada di sebelah kami.
Walaupun
sebelumnya aku berkenalan dengan Ekadina dan Nikmah tetapi mengetahui orangnya
karena kita hanya berkenalan lewat dunia maya saja. Terlebih namanya alay pula. Namun ada 1 perempuan yang
pernah kulihat saat menjelang tes TPA. Aku melihat dia dengan orang tuanya yang
kebetulan adalah orang tuaku. Saat itu aku hanya melihat dia dengan seragam MTs
nya tanpa mengetahui namanya. Setelah permainan itu baru kutahu namanya Dina. Jadi
ada 2 nama Dina di kelas tersebut. ada Ekadina dari Kudus dan Dina dari Jepara.
Namun Ekadina yang sebenarnya dipanggil Dina mengalah dan mengubah panggilannya
menjadi Eka atau Ekdin. Setelah permainan itu berakhir lalu ada pemberitahuan
tentang jadwal pelajaran. Memang benar BCS banyak jam pelajaran untuk materi
IPA. Materi IPS hanya diberikan waktu 1 jam pelajaran saja kecuali ekonomi yang
diberikan waktu 2 jam pelajaran.
Kesalahan saat
perkenalanku. Saat itu aku memperkenalkan kepada teman baru bahwa namaku ‘Abiq.
Padahal sebelumnya aku sudah berencana ingin mengganti panggilan dengan nama
Faesal. Seperti mulut ini otomatis berkata ‘Abiq ketika ditanya namaku karena
memang aku sendiri belum terbiasa dengan Faesal. Saat Perkenalan guru bahasa
Indonesia yang cantik, beliau memanggil siswa berdasarkan absen untuk mengenal
murid-muridnya. Seperti biasa, akulah yang pertama di urutan absen karena
namaku yang depannya A. Beliau bertanya kepadaku “kamu ini dipanggil siapa?
Faesal ya?”. Sontak aku langsung mengiyakan pertanyaan dari beliau. Namun apalah
daya. Nasi sudah menjadi bubur. Teman-temanku sudah terlanjur memanggilku
dengan panggilan ‘Abiq.
#Now Playing Bondan Prakoso & Fade 2 Black –Ya sudahlah
Ketika mimpimu yang begitu indah tak
pernah terwujud
Ya
Sudahlah.....
Komentar
Posting Komentar