Merangkul Risiko
Setelah membaca salah satu bab dari buku Leadership Mastery karya dari Dale Carnegie, aku menemukan pandangan baru bahwa risiko harus diambil dalam pengambilan keputusan. “Bukan seberapa besar risiko yang bersedia anda tanggung, tapi bersediakah anda mengambil risiko sebesar apapun? “. Dari kata tersebut aku melihat bahwasannya memang dalam mengambil risiko butuh perhitungan yang matang. Hal tersebut dilakukan oleh kebanyakan banker dan akuntan. Namun walaupun saat ini aku sebagai banker, aku ingin menumbuhkan rasa ingin mengambil risiko sebesar apapun. Setidaknya itulah yang dilakukan para perintis usaha, pebisnis hebat, dan pemimpin yang tegas.
Aku mencoba menjawab 3 pertanyaan yang disediakan pada akhir bab. Hal ini sengaja kululiskan di dalam blog ini untuk self reminder atas jawabanku sendiri supaya kelak ketika aku dihadapkan masalah yang serupa, aku bisa melihat kebelakang, mundur sejenak melihat apa yang telah kulalui selama ini.
1. Dari skala 1-10 dimana 1 mengindakasikan tidak terbuka atas pengambilan risiko dan 10 adalah indikasi sangat terbuka dalam mengambil risiko. Anda berada dimana?
Jawab : 8, saat ini skala aku dalam mengambil risiko adalah 8
2. Ceritakan pengalaman anda tentang 3 “situasi berisiko” yang pernah aku alami?
Jawab :
· Situasi berisiko dimana aku menolak untuk memasuki perguruan tinggi yang kurang aku minati namun sudah menerima aku terlebih dahulu dan memilih untuk harap cemas kepada perguruan tinggi yang mengumumkan hasilnya di akhir. Disitu aku diajarkan untuk bersabar dan sekiranya gambling untuk hal yang lebih baik bagi aku.
· Situasi dimana aku memilih untuk menjadi Koordinator titik penerjunan dalam acara pengabdian yang diadakan oleh BEM kampusku. Dimaan disitu tidak mempunyai keahlian sebelumnya dalam bidang leadership. Disitu aku diajarkan bagaimana seorang pemimpin dalam mengambil keputusan, dan menentukan bagaimana arah acara tersebut berlangsung. Walaupun dalam hati kecil aku belum puas karena aku bisa melakukan hal tersebut lebih baik, setidaknya aku belajar kepemimpinan disana. Syukur Alhamdulillah.
· Situasi dimana aku menjadi korcam. Di saat yang lain tidak berani untuk mengajukan diri, saat semuanya berlomba-lomba untuk menunjuk siapa yang pantas untuk menjadi seorang Koordinator kecamatan, aku memberanikan diri untuk mengajukan diri sebagai korcam. Banyak cerita dari temen dan senior terkait KKN yang banyak gabut dan hanya sekedar mengerjakan proker tempelan, aku berinisiatif untuk membuat cerita KKN ku berbeda dari lainnya.
Benar saja KKN ku berkesan sekali. Tidak hanya hasil yang dicapai, namun juga menurutku aku merasa softskill aku dalam berkomunikasi, memimpin, dan bernegosiasi jadi meningkat setelah itu. Itu risiko yang mungkin sangat mengubah hidupku hingga saat ini.
3. Sebutkan sedikitnya 3 hal yang ingin anda lakukan yang mungkin bersedia mengambil risiko?tulis sedetail mungkin.
Jawab :
· Mengambil risiko menerima tugas yang aku belum pernah kuasai. Aku dituntut untuk mempelajari hal-hal IT secepat mungkin dalam penunjang pekerjaanku saat ini menjadi IT banker di suatu perusahaan di Indonesia.
· Aku ingin melakukan pengambilan risiko dalam memilih pasangan. Setidaknya saat mendekati usia 27 nanti aku sudah berani berkomitmen untuk memilih partner hidup sampai ajal.
· Pengambilan risiko untuk memutuskan menjadi pengusaha. Aku ingin belajar bisnis dan kelak akan menjadi pebisnis yang setidaknya menjadikan perekonomian keluarga seperti autopilot yang tidak usah memikirkan besok makan apa.
Sebenarnya jawaban nomor 3 bisa saja aku kembangkan secara detail. Namun aku merasa bahwa biarlah itu menjadi rahasiaku sendiri kapan waktu deadlineku sendiri dan bagaimana caraku untuk mengambil risiko tersebut. Sekian dari aku, thank.
Komentar
Posting Komentar