The Power of Youth
Selamat malam gaes, seperti biasanya. Aku akan
memposting tulisan yang merupakan cerita kehidupanku. Bisa dibilang curcol,
atau curhat colongan. Aku berharap kamu tidak bosan untuk membaca postinganku
ini ya ^_^”.
Tulisan
ini berdasarkan apa yang terjadi padaku pagi tadi. Aku meminta izin untuk
berjalan-jalan ke tembalang menggunakan mobil. Akhir-akhir ini aku sudah agak
bisa untuk menyupir sebuah mobil. Namun rencana itu hanyalah sebuah angin lalu
ketika aku
tidak diizinkan oleh orang tuaku. Mereka beralasan aku masih harus didampingi ketika menyupir. Padahal aku pernah bersama papahku waktu ke tembalang namun papahku dalam keadaan tertidur di jok depan sebelah kiri. Itu membuktikan bahwa aku bisa menyupir sendirian. Tapi itu tidak cukup meyakinkan orang tuaku. Mereka terlalu khawatir denganku. Sebagai anak muda sepertiku pastilah ada rasa kesal karena keinginannya tidak terpenuhi :v. Namun aku mencoba sabar saja. Mungkin aku harus menggunakan cara lain untuk menumbuhkan rasa percaya orang tuaku untuk mengendarai mobil sendirian.
tidak diizinkan oleh orang tuaku. Mereka beralasan aku masih harus didampingi ketika menyupir. Padahal aku pernah bersama papahku waktu ke tembalang namun papahku dalam keadaan tertidur di jok depan sebelah kiri. Itu membuktikan bahwa aku bisa menyupir sendirian. Tapi itu tidak cukup meyakinkan orang tuaku. Mereka terlalu khawatir denganku. Sebagai anak muda sepertiku pastilah ada rasa kesal karena keinginannya tidak terpenuhi :v. Namun aku mencoba sabar saja. Mungkin aku harus menggunakan cara lain untuk menumbuhkan rasa percaya orang tuaku untuk mengendarai mobil sendirian.
Aku
menyadari suatu hal tentang orang tuaku. Dulu ketika aku awal-awalnya bisa
mengendarai motor aku tidak boleh mengendarai sampai melewati Kecamatan
Ngaliyan. Itulah batasku. Namun sebagai pemuda yang haus akan pengalaman aku
meminta izin untuk melewati batas. Lagi-lagi izin itu berakhir dengan kata
“tidak boleh”. Marah? Iya. Kesal? Banget. Aku tidak patah semangat waktu itu.
Aku tetap akan melewati batas itu dengan cara diam-diam. Jam 4 sore, waktuku
untuk ngaji diniyah. Karena ngajinya cukup jauh untuk dilalui dengan berjalan
kaku terkadang aku menggunakan sepeda atau motor untuk ngaji. Saat itu aku mbolos diniyah :D. Aku
berencana jalan-jalan menggunakan motor melewati batas yang ditentukan oleh
orang tuaku. And finally I did wkwkwkwk. Saat itu aku sangat senang sekali.
Sesampainya dirumah kuceritakan semuanya kepada orang tuaku dengan bangganya.
Kulihat orang tuaku tidak memarahiku. Hanya memberi nasehat untuk berhati-hati
dan jangan membolos diniyah. Just it. Dan itulah awal mula aku mendapatkan
suatu kepercayaan dari membangkang :v.
Ada
satu cerita lagi. Tepatnya kelas 3 Aliyah. Aku sangat iri kepada teman-temanku
yang bisa mengendarai motor sampai dibawa ke Boarding. Aku meminta izin untuk
pergi ke Kudus dengan mengendarai motor. Pastinya orang tuaku tidak
memperbolehkanku. Orang tuaku terlalu mengkhawatirkanku untuk itu. Banyak truck
dan mobil melaju dengan cepat di jalan pantura. Aku tidak hanya sekali dua kali
untuk meminta izin sampai aku meneteskan air mata. Namun hasilnya tetap tidak
boleh. Saat itu aku kesulitan untuk membawa motor diam-diam seperti apa yang
kulakukan saat diniyah dulu karena jarak tempuh Semarang-Kudus lumayan jauh.
Yang kubisa saat itu hanyalah menahan ambisiku untuk mengendarai motor ke
Kudus.
Suatu
ketika orang tuaku pergi haji selama sebulan. This is the right time 3:D(devil
smile). Tepat minggu kedua setelah kepergian orang tuaku ke kota suci, aku
nekat mengendarai motor ke Kudus secara diam-diam lagi :D. Sesampainya di Kudus
aku puas dengan apa yang telah kualami. Memang sih pantat terasa panas karena
belum pernah menempuh jarak sejauh itu dengan motor. Ada rasa takut juga ketika
disalip kendaraan lain karena menimbulkan angin yang menerpaku sehingga aku
sempat“ngeleyang” saat mengendarai motor. Tak lama setelah di boarding aku
mendapat sms dari papah tentangku yang mengendarai motor sampai Kudus. Aku tak
kaget soal itu. Ulahku ini pasti diadukan oleh bulikku yang saat itu menjaga
rumahku ketika aku di boarding. Dan lagi lagi karena kenekatanku itulah yang
membuat orang tua percaya aku bisa melakukannya. Mungkin hanya dengan cara
itulah orang tuaku mempercayaiku. Suatu saat nanti aku akan mengendarai mobil
diam-diam sampai ke kampus.
Seperti
layaknya kebanyakan orang. Setiap tahun pasti membuat resolusi untuk satu tahun
kedepannya. Akupun juga membuat hal yang seperti itu. Dari sekian banyak
resolusiku di tahun 2016 diantaranya adalah aku ingin punya perut s*xp*ck dan
aku bisa mengendarai mobil ketika mengunjungi Buber BCS di MAN2 Kudus(Buber
yang diadakan kelas BCS di Aliyahku setiap tahunnya). Aku ingin membantu untuk
mensukseskan acara tersebut. Aku mulai rajin berolah raga semenjak memasuki
bulan Febuari ini untuk bisa memperoleh tubuh yang kuinginkan. Untuk soal
mengendarai mobil, aku masih harus butuh sedikit latihan untuk parkir dan
mendapatkan kepercayaan saja.
Ini
adalah secuil dari sifat pemuda. Berani dan nekat. Sebagian orang mungkin
beranggapan itu adalah sifat naif dari pemuda. Namun menurutku itu adalah sifat
positif. Kebanyakan pemuda saat ini sangat patuh kepada orang tua dan memiliki
kreativitas yang sempit sehingga harus mengcopy paste apa-apa yang menjadi tren
agar dibilang kekinian >,<. Memang benar sebagai seorang anak kita harus
patuh kepada orang tua yang membesarkan kita. Tapi perlu kamu ingat, orang tua
tidak selamanya benar. Dari kisahku diatas memang benar niat orang tua untuk
tidak mengizinkan agar anaknya tidak kenapa-napa. Tapi hal tersebut akan
mengekang anak untuk mengepakkan sayapnya agar bisa mengeksplorasi
pengalaman-pengalaman yang sangat menyenangkan. Perkataan orang tua memang bisa
saja terkabul. Maka dari itu janganlah buat orang tua khawatir. Kekhawatiran
orang tua malah terkadang yang menimbulkan pemikiran negatif. Lakukanlah secara
diam-diam dan cukup ceritakan kesuksesanmu setelah melakukannya. Terkadang
perlu sebuah penggebrakan agar orang tua bisa memahami kemauan anaknya.
Peristiwa
Rengasdengklok adalah kisah nyata yang menceritakan tentang semangat pemuda
yang berkobar-kobar untuk mempercepat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Jika
saja pemuda saat itu tidak mendesak Ir. Soekarno untuk mempercepat Proklamasi
maka tanggal 17 Agustus 1945 mungkin Indonesia belumlah merdeka.
Wahai
pemuda, janganlah mudah menyerah. Hadapi rintangan yang menghadang. Jangan
mudah mengibarkan bendera putih sebelum melakukan perlawanan. Jangan ragu untuk
melangkah meninggalkan zona nyamanmu. Life begins at the end of your comfort
zone. Jangan terlalu pesimis untuk melakukan hal baru. Cukup lakukan dan
rasakan sensasinya :v.
Sebagai pemuda
pada umumnya memiliki banyak energi, banyak waktu luang namun sedikit uang :v.
Aku yang berstatus mahasiswa UNDIP ini ingin menghilangkan kelemahanku sebagai
pemuda ingin mencari uang tambahan selain uang saku dari orang tua. Untuk
beasiswa aku sudah pasrah karena ipk ku yang menjadi korban demi memperoleh
pengalaman organisasiku. Namun aku tidak menyerah disitu saja. Aku iseng-iseng
berjualan risoles walaupun akhirnya rugi karena banyak teman yang tidak bayar
-,-. Liburan semester depan aku ingin magang pekerjaan apapun agar ada
pengalaman kerjanya. Aku juga ingin berwirausaha sesuatu. Namun aku membutuhkan
partner yang sama insane-nya denganku. Pemuda yang haus akan pengalaman.
Pemuda yang tidak pesimis. Sedikit berpikir banyak aksi namun tetap berpikir
sebelum bertindak. Seperti motto hidupku saat ini. Think what will you do then do
what you think. Will you be my partner. . . ?
cakep lah biq, cool !!
BalasHapusaku suka kata2 "keluar dari comfort zone" :D
will you be my partner? wkwkw :D
suwun get. aku seneng banget. akhire ono seng komen blogku ;)
Hapusmakasih banyak ^_^"