BFLP BRI, The Real Home to The Best Talents
BFLP BRI, The Real Home to The Best Talents
Pengalaman pribadi mengikuti program seleksi Brilliant Future Leader Program(BFLP) BRI Batch 1
“Tunjukkan kreativitas dan kemampuan inovasimu untuk Indonesia. Melalui BRILian Future Leader Program (BFLP), kamu berkesempatan untuk mengembangkan potensi terbaikmu menjadi pemimpin masa depan dan berkarya membangun negeri bersama BRI Group.”
Itulah kalimat pembuka bagi sayembara yang diumumkan salah satu BUMN kebanggaan Indonesia tercinta ini. Terdapat 2 pilihan yang bisa diikuti oleh saya yang menyandang sebagai pengangguran Sarjana Teknik pada saat itu, BFLP General dan BFLP IT .Kira-kira sudah 2 bulan lamanya saya menganggur setelah mengajukan resign di tempat kerja sebelumnya. Akhir Februari 2020 adalah waktu dimana saya mendaftar melalui website resmi e-recruitment BRI. Saya mengisi satu persatu kolom informasi terkait diri saya dan mencoba untuk menjawab selengkap mungkin. Dan itulah langkah awal saya untuk bisa masuk BRI.
Setelah menunggu kurang lebih 3 minggu saya mendapatkan email dan SMS resmi dari Bank BRI. Pikirku saat itu pihak penyeleksi sangat peduli sekali terhadap pelamar karena memberitahukan dengan segala hal. Mungkin untuk yang berada di daerah yang mudah mengakses internet akan bisa sering mengecek email. Namun akan beda cerita jika pelamar berada di pedalaman yang susah sinyal. Saat itu pemberitahuannya tentang hasil lolos administrasi dan akan mengikuti tahap selanjutnya yaitu Tes Kemampuan Dasar dan BUMN Value Test. Dalam tahap ini masih terdapat 5129 pelamar yang akan siap mengikuti tes tersebut.
Ada 4 bagian pada Tes Kemampuan Dasar yang diujikan pada saat itu. Diantaranya yaitu Verbal reasoning, nonverbal reasoning, numerical reasoning, dan problem based test. Sedangkan pada BUMN Value Test bertujuan untuk kesesuaian peserta dengan values yang dimiliki BUMN. Hal ini saya pikir penting untuk melihat integritas dan profesionalitas dari para pelamar.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan video perkenalan diri dan video kolaborasi dari para peserta. Tersisa 928 peserta yang hendak melakukan seleksi ini. Video perkenalan berdurasi 3 menit yang menceritakan tentang profil, latar belakang keluarga, dan kontribusi apa yang bisa diberikan untuk BRI. Lalu untuk video kolaborasi adalah tugas kelompok yang mewajibkan kita membentuk kelompok sendiri yang terdiri maksimal 3 peserta yang melamar BRI. Kami diberikan data informasi seperti Twitter, Instagram, Linkedin, dan Facebook untuk membuat tim. Ini adalah cara cerdas bagi BRI untuk melihat kinerja dan teamwork peserta. Kebetulan saya yang dihubungi oleh beberapa orang karena dalam profil instagram saya tulis “Membutuhkan kelompok BFLP yang berdomisili di Semarang”. Otomatis hal itu akan menjadikan daya tarik bagi peserta yang mencari tim. Saya kebetulan mendapat 2 orang yang memang sedang berdomisili di Semarang.
Ditengah pembuatan Video, BRI memberikan pengumuman kembali terkait tugas dari seleksi berikutnya yaitu untuk mengerjakan tes tulis secara online. Ada 3 tes yang diujikan pada saat itu, Psikotest, BRI Values, dan Bahasa Inggris. Selang kurang lebih 2 minggu, BRI mengumumkan peserta yang lolos ke tahap selanjutnya yang bertahan sebanyak 378 orang. Hal ini adalah tahapan Tes Media Sosial dimana media sosial kita akan dipantau selama seminggu sebagai bahan pertimbangan penyeleksi. Disini disarankan bagi anda yang membaca postingan ini untuk mulai untuk mengurangi hate speech, hate comment, atau postingan yang berbau SARA. Hal tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan.
Dari sekian banyak tahapan yang telah saya lalui, selanjutnya adalah saatnya interview secara online karena pandemi Covid sudah masuk ke Indonesia saat itu. Tersisa kurang lebih 344 peserta yang bertahan hingga tahap ini. Pada saat interview saya dihadapkan pada 2 Ibu yang antusias menanyakan tentang hal yang ada pada diri saya. Ada pertanyaan yang saya ingat dan merupakan pertanyaan yang sangat bagus, “Apa pencapaian terbesar yang pernah kamu raih?” dan “Apakah kamu pernah mengalami permasalahan yang menurutmu paling rumit dan bagaimana cara penyelesaiannya?”. Itu merupakan pertanyaan yang menurutku sangat penting untuk penyeleksi membedakan mana peserta yang sudah layak dan mana yang masih dalam pengembangan diri.
Setelah sekian lama menunggu hasil wawancara hingga saya sempat hopeless karena saking lamanya. Saat masa tunggu saya pun sempat untuk mengecat rambut dan memotong alis saya sebagai bentuk kebebasan seorang pengangguran yang tidak dikekang oleh aturan birokrasi.
Tahapan akhir adalah Medical Check Up. Tersisa 165 peserta bertahan. Inilah tahapan yang menurut saya potensi lolosnya besar. Namun bagi saya tetap tidak boleh meremehkan apapun tahapannya. Harus dipersiapkan secara matang dan sungguh-sungguh. Di tahap ini yang dicek adalah dokumen terkait verifikasi data diri peserta menggunakan ktp sekaligus pengecekan tato, tes darah selama berpuasa selama 10 jam, tes urine, lalu diberi sarapan dan tes darah kembali. Selanjutnya cek tensi,suhu tubuh, rekam jantung dan cek gigi. Selain itu juga ada cek riwaya penyakit diri maupun keluarga, tes buta warna dan cek berat badan dan tinggi badan. Terakhir, cek audiometri yang berfungsi untuk mengetes pendengaran kita.
Akhirnya setelah berbagai tahap dilalui pihak BRI mengumumkan peserta yang lolos untuk selanjutnya penyerahan dokumen dan penandatanganan perjanjian. Alhamduillah saya adalah satu dari 152 orang yang beruntung saat itu. Lucunya karena rambut saya sudah terlanjur berwarna abu-abu pada saat itu dengan terpaksa saya cukur habis untuk layak menjadi salah satu dari bagian BRI.
Kesimpulannya,
jangan pernah menyerah. Selalu berusaha yang terbaik dan minta do’a restu pada
orang tua. Itu penting. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan dan saya amati
26 teman saya di kelas adalah orang orang yang tidak hanya berprestasi dalam
bidang akademis maupun non akademis. Namun juga mereka orang yang baik, santun
dan taat dalam beragama. Sedikit info saja, saya tidak peraih beasiswa ataupun
mahasiswa berprestasi pada saat kuliah. Bahkan saya menghabiskan 5 tahun untuk
bisa menjadi seorang sarjana. Hal yang menjadi nilai jual saya adalah
pengalaman hidup yang saya dapatkan saat organisasi maupun kegiatan sosial yang
pernah saya ikuti. Namun mungkin itu hanya 5% hal yang membuat saya di terima
di BRI. Sisanya yang 95% adalah ridha dari Gusti Allah SWT melalui do’a para
kiai yang saya mintakan do’a dan orang tua saya yang selalu mendukung saya
tumbuh berkembang. Tetap semangat kamu yang saat ini sedang dalam tahap seleksi
atau bagi kamu yang sudah punya cita-cita membangun negeri tercinta kita dengan
masuk BRI. Bagi kalian yang masih ada hal yang perlu ditanyakan bisa menghubungi saya di instagram : kangabiq_ . Saya akan sangat senang jika bisa memberi manfaat bagi anda.
“Keep fighting until the last buzzer sounds.” – Albert Einstein
Komentar
Posting Komentar