Kurang Motivasi Ndess..
Ketika kamu berada dekat tempat
sampah kamu akan ikut-ikutan bau sampah. Namun ketika kamu sedang di dekat
penjual parfum kamu akan menjadi wangi. Entah kata itu bersumber dari hadist
atau sekedar kata mutiara aku lupa. Yang penting kata itu masih membekas sejak
guruku di pondok mengatakan hal tersebut. Benar adanya. Itu yang kurasakan
ketika berada di lingkungan sekitar. Aku mudah sekali terbawa arus lingkungan. Aku
menggolongkan lingkungan sekitarku dengan 2 kategori. Kategori motivasi tinggi
dan kategori kurang motivasi.
Kategori motivasi tinggi adalah
orang-orang yang mempunyai pandangan hidup kedepan dan selalu berusaha untuk
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bisa dikatakan agent of change, pembawa
perubahan. Sedangkan kategori kurang motivasi adalah orang-orang yang hanya
menjadi user atau bisa dikatakan user of change, pengikut perubahan yang
senantiasa mengikuti arus dan hanya berada di zona nyaman.
Saat ini Alhamdulillah aku terlahir
di keluarga yang selalu bisa menjadi motivasiku. Pertengahan Maret besok ayahku
merayakan pengukuhan atas gelar Profesornya. Sebuah puncak gelar yang ada saat
ini dalam dunia pendidikan. Dalam benakku apakah aku bisa melebihi ayahku? Apakah
aku juga bisa setara dengan beliau?. Ahh.. It’s So hard to do…
Aku yang saat ini semester 6 pun
hanya sebatas mahasiswa biasa yang tidak mempunyai track record yang
dibanggakan. Namun dari itu semua aku masih bersyukur. Bersyukur masih
mempunyai motivasi tinggi. Aku ingin sukses dengan caraku sendiri. Aku ingin
membuat sejarahku sendiri yang nantinya dapat memotivasi orang lain. Aku ingin
bermanfaat bagi orang lain dalam bidang apapun.
Dalam lingkup MAN(setara SMA) dulu
aku termasuk siswa BCS (Billingual Class System). Siswa pilihan yang diseleksi
dari ratusan pendaftar dan hanya diambil 60 siswa saja. Awalnya kupikir itu
keren. Aku adalah siswa pilihan. Namun ketika aku belajar bersama dengan teman
sekelasku, aku sempat merasa paling bodoh. Pemahamanku lebih lambat dari
teman-teman lainnya. terlebih soal pelajaran hitung-menghitung. Tak hanya itu, perlombaan
OSN dan ajang perlombaan Karya Ilmiah pun teman-temanku banyak yang lolos dan
aku hanya sebatas formalitas saja untuk mengerjakannya.
Ketika Masuk Universitas Diponegoro
pun awalnya juga aku merasa terlihat keren. Aku memasuki sekolah negeri ternama
di Semarang. Namun sekali lagi ketika aku berada di dalamnya, aku merasa
seperti orang bodoh yang tidak sengaja masuk jalur Mandiri untuk mengisi kuota
saja. Di Undip aku berkenalan dengan teman yang bervariasi. Golongan termotivasi
dan golongan kurang motivasi.
Posisiku bisa menjadi termotivasi dan
kurang termotivasi. Hal tersebut tergantung dengan siapa aku bergaul. Ketika berada
di golongan termotivasi, aku merasa menjadi orang yang kurang motivasi. Lainnya
banyak yang ikut PKM, mengikuti berbagai seminar dan aktif dalam organisasi. Aku
memang ikut organisasi. Namun itu hanya sebatas mencari pengalaman saja. Aku tidak
mengharapkan pangkat maupun keuntungan lainnya. Berbeda dengan temanku lainnya
yang totalitas dan profesional dalam berorganisasi.
Last Night, aku berkumpul dengan
teman baru. Kami disatukan sebagai peserta Youth Adventure Day 2017 yang
berasal dari UNDIP. Sebuah acara yang terdiri dari 2.523 pendaftar dan hanya
150 orang saja yang diambil. Dengan perbandingan 1:16 orang itu aku menjadi
salah satu peserta setelah gagal menjadi peserta di YAD 2016 lalu. Acara yang
memiliki tagline #BeraniBerMIMPIBesar aku mulai tertarik dengan itu. Kupikir aku
terpilih karena sudah mempunyai motivasi yang kuat. Namun ketika aku bertemu 2
orang teman yang baru kukenal itu rasanya aku masih kurang motivasi. Sangat kurang.
Mereka berdua asyik membicarakan beasiswa, biografi orang sukses dan keinginan
berkuliah di luar negeri. Mereka berbincang soal tokoh terkenal yang memotivasi.
Aku hanya mendengar pembicaraannya saja tanpa bisa berkata. Saat itu aku
terlihat paling bodoh. Bagiku tidak masalah tampangku yang terlihat seperti
berandalan dengan rambut gondrong bersemir warna burgundy. Tapi aku tidak mau
akal dan pikiranku terlihat seperti berandalan.
Dilihat dari topik bahasan mereka
sering membaca buku dan artikel yang bermanfaat. Membaca memang hal yang
menyebalkan buatku. Hobiku menulis. Tapi tidak untuk membaca. Aku berusaha
untuk menyukai kegiatan itu tapi memang susah. Minat bacaku sangat rendah
sekali. Minat bacaku tinggi itu ketika di pondok. Saat tidak ada hiburan lain
selain buku, komik dan novel yang hanya itu saja yang bisa dibawa masuk ke
pondok. Dan saat ini musuhku ketika membaca adalah smartphone dan laptop yang
menggodaku untuk bermain game.
Perlu kalian ketahui, aku juga punya
keinginan S2 di luar negeri dengan beasiswa full. Aku juga ingin mendapatkan
prestasi yang memuaskan. Aku menyadari satu hal. Motivasi diri saja tidak bisa
membuat orang lain termotivasi atas diri kita. Tetapi juga dibutuhkan semacam achievement
sebagai buah dari motivasi kita sendiri. Ah, rasanya minder ketika berada di
lingkungan orang-orang yang mempunyai motivasi tinggi.
2017 sudah memasuki bulan ketiga dan
aku masih belum mendekati resolusiku. Aku sudah merancang program kerjaku
sendiri untuk resolusi itu tapi memang akunya yang sering melanggar proker itu
sendiri. Memang musuh terbesar manusia itu dirinya sendiri. So, mari lawan hawa
nafsu kita sendiri. Keluar dari zona nyaman, reach your limit, keep trying, don’t
give up and stay pray to Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar