My Survey. My Journey



           

                Sabtu, 18 Juni 1996. Perjalanan kami dimulai dengan rencana. Rencana yang sebenarnya dilaksanakan 2 minggu sebelumnya sebelum UAS. Namun karena banyak pihak yang tidak bisa, maka survei diundur jadi setelah UAS. Ini adalah survei yang ketiga kalinya. Kali ini bertujuan untuk fiksasi tempat tinggal dan transportasi serta pihak sekolah. Sebelumnya, aku bersama kawan-kawan hendak mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan DIMAS BEM UNDIP. Bentuk kegiatannya adalah mengajar anak SD di tempat terpencil. Namun ada kegiatan
lainnya yang dituju kepada masyarakat. Untuk kegiatan itu aku selaku sie Event Organizer masih memikirkan hal tersebut. Letak desa yang akan kami survey adalah di Kabupaten Wonosobo. Sepanjang perjalanan kunikmati pemandangan yang ada. Karena aku tidak tahu jalan, maka aku tidak bisa berada di paling depan. Aku hanya melaju dengan kecepatan rata-rata. Dalam perjalanan aku melewati jalan yang berada diantara 2 gunung. Keren. . . jalan yang berkelok-kelok membuat kami tidak bisa melaju dengan kencang. Kami beristirahat 3 kali dalam perjalanan menuju Wonosobo. Namun alhamdulillah kami masih bisa menunaikan ibadah puasa kami. Kami sampai di Waduk  Wadaslintang sekitar jam setengah 2. Padahal kami janjian berangkat dari Tembalang jam 5 namun berangkat jam setengah 7. Kami sempat berfoto sejenak di waduk. Namun karena cuaca mendung dan mau hujan kami bergegas menuju rumah Kades Sumbersari. Kenalan, Ngobrol sebentar, Pulang. Kami memang sudah berniat buka puasa di rumah bapak kades Kaligowong :v(ngarep). Walaupun ngarep tapi memang benar adanya, disana kami dirawat dengan baik. Mulai dari hidangan buka puasa, tempat menginap, maupun makan sahur. Keluarga beliau memang baik hati. Rumah beliau juga sering digunakan tempat menginap mahasiswa KKN dari berbagai Perguruan tinggi.

            Minggu paginya, kami dibagi menjadi 2 tim. Tim yang mencari tempat tinggal di daerah Kaligowong, dan survey ke desa Kemujing. Masing-masing tim beranggotakan 4 orang. Kami membuat tim untuk efisiensi waktu. Karena aku menggunakan motor cowok, maka aku berada di tim yang menuju Kemujing yang katanya jalannya licin dan berbatu. Benar saja. Jalannya licin akibat hujan semalam dan berbatu tidak rata. Motorku yang sebelumnya tampak bersih kini ternodai dengan lumpur. Kebetulan aku memboncengi cewek yang bobotnya lebih berat dari aku, jadinya ketika ada tanjakan, dia harus turun supaya motornya kuat naik.

            Kami sempat kelewatan mencari rumahnya pak kades Kemujing karena kami belum tahu tempatnya. Namun kami berhasil menemukan rumah beliau karena bertanya pada warga sekitar. Jujur, aku suka logat orang sini. Ngapak. Lucu, tapi aku suka. Aku ingin mempelajari logat tersebut.

            Sampai di rumah pak kades Kemujing, kami salaman, kenalan, dan bercengrama seputar daerah tersebut. Beliau juga sudah bisa menjanjikan tempat tinggal bagi kami nanti. Katanya ada rumah kosong dekat sekolah karena ditinggal merantau oleh tuannya. Aku senang mendengarnya karena itu lokasiku nanti saat penerjunan. Nanti untuk masalah tempat tinggal kami bisa bebas di situ :v. Tapi bebasnya tetap taat aturan dan tidak berbuat asusila tentunya :D. Ketika kami hendak pamitan, beliau menawarkan untuk menemani kami menuju dermaga tempat kapal berlabuh di waduk tersebut. Alhamdulillah kami dapat tour guide gratis. 

                                                            Foto bersama Bapak Kades Kumejing
            Dalam perjalanan, pak kades berada di paling depan karena sebagai pemandu jalan, aku ditengah membonceng teman yang kebetulan sedang memegang kamera mengabadikan momen. Dan ada temanku lagi yang berada di paling belakang. Jalannya licin sekali. Aku mulai mengkhawatirkan motorku yang rantainya sudah mulai kendur dan kering. Hal itu menimbulkan suara yang miris. 

            Ketika kami bertemu dengan suatu jalan tanjakan, teman yang kuboncengi kutanya, “mau turun apa naik aja?”. Dia menjawab naik saja. Dengan jawaban tersebut aku langsung menyetel gigi terendah untuk menaiki tanjakan dan brmmm... dan ternyata motornya tidak kuat sampai tengah-tengah. Ketika hendak mengerem motor dengan rem depan, hal tersebut tidak mengakibatkan motor berhenti dan malah motorku mundur -_-“. Karena jalan tidak rata dan aku tidak mempunyai tumpuan kaki untuk menahan beban motor alhasil, eee. . . bruk.. jatuh dengan pelan. Hanya goresan kecil pada body belakang motor dan spion kiri lepas. Untuk keadaanku, cuma lecet di bagian kaki, sedangkan boncenganku berhasil lompat menyelamatkan diri dengan kamera yang dibawanya. Dia sukses merekamku dari awal jatuh sampai kesusahan mengangkat motor.

            Resiko memboncengkan orang yang beratnya lebih berat dari aku sendiri :v. (BTW bulan ramadhan ini bobotku turun 5kg. Oh yeah...). Awalnya sempat khawatir karena motor tidak bisa melaju sesaat kecelakaan itu. Ban motor tidak bisa berputar saat aku memasukkan gigi. Namun itu tidak berlangsung lama. Untung saja di dekat dermaga ada bengkel. Aku langsung memeriksakan motor seketika itu. Ketika sampai dermaga, kami berfoto sejenak lalu berpisah. Tujuan awalnya memang 2 pulang dengan jalur laut, 2 dengan jalur darat untuk mencoba sensasinya kelak ketika penerjunan. Aku menggunakan jalur darat dengan temanku satunya. 

                                                           Tim jalur darat hendak pulang
            Entah Cuma perasaan saja atau memang karena sudah tidak membawa beban kami merasa perjalanan pulang lebih cepat daripada perjalanan kami berangkat. kami harus menyeimbangkan motor karena beban hilang dan lebih rentan tergelincir. Kami segera menujugerbang waduk tempat teman kami diturunkan nantinya. Ternyata lebih cepat kami yang menggunakan jalur darat daripada jalur air.

            Ketika semua sudah selesai, kami berpamitan kepada kades Kaligowong. Beliau menyarankan kami untuk pulang lewat Purworejo saja karena lebih cepat dan jalannya tidak belok-belok. Kami menurutinya. Sebelum pulang, kami sempat berfoto-foto di waduk. Alhamdulillah cuaca saat itu cerah sehingga dapat berfoto ria. Dalam tim kami, ada 1 orang yang mempunyai janji buber. Kami merasa kasihan kepadanya karena sering bilang tidak bisa ketika diajak buber sama teman sedivisinya :v. Kami segera pulang menuju Semarang. Dengan modal tanya-tanya dan melihat plang penunjuk jalan kami pulang. Ketika kami bertanya kepada seorang kakek dipinggir jalan beliau berpesan untuk lewat desa saja, walaupun jalannya jalan desa namun di kota lagi banjir dan longsor. Makadari itu kami menuruti kata beliau. Kami melewati desa dengan pemandangan sawah yang membentang luas.

            Saat di Purworejo kami juga melewati jalan pintas karena ada sebuah jembatan yang runtuh. Wew.. semoga kami diberi keselamatan dalam perjalanan. Saat di perjalanan kami hanya beristirahat saat mengisi bensin, takjil dan berbuka puasa. Kami berbuka di tempat yang mahal :v. Tapi tak apalah. Sudah terlanjur pesan. Setelah buka puasa, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Tembalang. Di jalan aku sengaja mengebut karena ingin segera sampai, dengan kecepatan tinggi dan skill untuk menyalip aku melaju. Tidak jarang aku mengerem mendadak dan menyalip dari kiri. Bagiku jika ada kesempatan ya diambil :v. Namun ternyata temanku yang menggunakan motor laki sama sepertiku menganggap itu adalah sebuah tantangan. Kami seperti beradu kecepatan satu sama lain. Padahal niat awalku tidak mengajak untuk balapan. Namun beginilah akhirnya. 

            Sehari setelah kami pulang survey ada kabar bahwa Purworejo terkena bencana tanah longsor dan banjir yang memakan korban jiwa. Padahal saat itu kami sedang berada di Purworejo. Untung saja kami selamat dalam peristiwa itu.

Komentar

Postingan Populer